Sabtu, 06 Desember 2014

resume buku "Buku pintar teori-teori Manajemen Pendidikan Efektif"



 A.ARTI PENTING MANAJEMEN PENDIDIKAN
a.      Arti Manajemen Pendidikan
        Manajemen pendidikan adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian usaha-usaha personal pendidikan dalam mendayagunakan semua sumber daya untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut Prof. Dr. H.A.R Tilaar, M.Sc,. Ed,. Manajemen pendidikan adalah suatu kegiatan yang mengimplikasikan adanya perencanaan atau rencana pendidikan sekaligus kegiatan implementasinya. Sementara itu Dr. Made Pidarta, M.Pi., dalam bukunya manajemen pendidikan Indonesia, mengemukakan bahwa dalam pendidikan, manajemen dapat diartikan sebagai aktivitas yang memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya.

       Pada dasarnya manajemen pendidikan bertujuan untuk menentukan, merencanakan, mengimplementasikan serta mengevaluasi program kegiatan pendidikan. Demi mewujudkan pendidikan yang efektif, efisien serta berkualitas, diperlukan adanya perencanaan yang harmonis dan terarah. Salah satu faktor yang menyebabkan banyaknya pengangguran terpelajar serta kurang berhasilnya penyelenggaraan pendidikan di Indonesia adalah kualitas manajemen pendidikan yang tidak mumpuni. Padahal untuk dapat mempertahankan kualitas manajemen pendidikan, sedikitnya harus memiliki  dua elemen penting, yakni sistem dan kualitas pendidik. Agar pendidikan dapat berjalan efektif, efisien, dan dapat menghasilkan output yang berkualitas, manajemen pendidikan harus tertata dengan baik.

b.      Fungsi-Fungsi Manajemen Pendidikan
Sebagaimana fungsi manajemen pada umumnya, manajemen pendidikan juga memiliki fungsi yang sama, yakni:
1.   Perencanaan
Perencanaan pendidikan adalah proses pemikiran yang sistematis dan analisis rasional (mengenai apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya, siapa pelaksananya, mengapa hal itu harus dilakukan, dan kapan suatu kegiatan dilaksanakan?) untuk meningkatkan mutu pendidikan agar lebih efektif dan efisien, sehingga proses pendidikan dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Dalam perencanaan pendidikan terdapat beberapa model , antara lain sebagai berikut:
a.    Model perencanaan komprehensif. Berfungsi sebagai patokan dalam menjabarkan rencana-rencana yang lebih spesifik kearah tujuan-tujuan yang lebih luas.
b.   Model target setting. Digunakan dalam upaya untuk melakukan proyeksi atau memperkiraka n tingkat perkembangan dalam kurun waktu tertentu, analisi demografis, memproyeksikan jumlah siswa terdaftardan kebutuhan tenaga kerja.
c.    Model costing (pembiayaan) dan keefektifan biaya. Dipakai untuk menganalisis proyek-proyek dalam kriteria efisiensi dan efektivitas ekonomis.
d.   Model planning, programming, dan budgeting system (PPBS).disebut juga sebagai sistem SP4 (perencanaan, penyusunan program, dan penganggaran). Hanya diterapkan pada masalah-masalah yang kompleks.

Keberhasilan proses pelaksanaan rencana, selain tergantung kepada ketepatan penyusunanan ny, juga akan ditentukanoleh fungsi-fungsi manajemen pendidikan berikutnya, yaitu pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.

2.   Pengorganisasian
Dalam pengorganisasian, pembagian tugas disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian orang yang memegan tugas. Misalnya, dalam pendidikan, pembagian tugas guru dalam bidang studi yang diajarkan haruslah sesuai dengan kemapuan dan latar belakang pendidikan nya.

3.   Pengarahan
Pada dasar nya pengarahan berkaitan dengan hal-hal berikut:
a.       Motivasi. Dalam bidang pendidikan, kepala sekoah selaku pimpinan tertinggi selayaknya memahami dan memberi motivasi kepada semua anak buahnya. Sebab, hal ini akan menjadi kunci agar mereka bekerja lebih efektif.
b.      Komunikasi. Kepala sekolah harus menjalin komunikasi yang baik dengan seluruh staf dan lingkungan sekolah demi tercapainya efisiensi dan efektivitas pendidikan.
c.       Dinamika kelompok.  Dalam sebuah organisasi, terdapat kelompok formal dan informal. Pemimpin harus mengarahkan dan mengefektifkan kelompok-kelompok tersebut agar dapat mendukung peningkatan pencapaian tujuan organisasi.
d.      Kepemimpinan. Dalam dunia pendidikan, kepemimpinan diemban oleh kepala sekolah. Dan, syarat minimalnya adalah harus mempunyai kemampuan dalam menjalankan tugas serta dalam membina hubungan baik dengan semua personal sekolah.

4.      Pengawasan
Agar pengawasan pendidikan dapat berfungsi efektif, beberapa hal berikut harus diperhatikan:
a.       Pengawasan harus dikaitkan dengan relevansi, efektivitas, efisiensi, dan produktifitas.
b.      Standar yang masih dapat dicapai harus ditentukan.
c.       Pengawasan harus disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan lembaga pendidikan.
d.      Kuantitas pengawas harus dibatasi.
e.       Sistem pengawasan harus dikemudikan dan dikontrol.
f.       Pengawasan sebaiknya mengacu pada tindakan perbaikan.
g.      Pengawasan sebaiknya mengacu pada prosedur pemecahan masalah.

c.       Operasional Manajemen Pendidikan
Terdapat beberapa aspek yang perlu mendapat pelayanan manajemen pendidikan dalam suatu lembaga pendidikan yang berkaitan dengan operasional pendidikan dan pengajaran, yaitu:

1.   Manajemen Kurikulum
Manajemen kurikulum adalah manajemen yang ditujukan untuk keberhasilan proses pembelajaran secara maksimal dengan menitikberatkan pada kualitas interaksi proses pembelajaran. Manajemen kurikulum terbagi menjadi tiga kelompok yaitu:
a.    Separate subject curriculum. Bahan pelajaran diberikan terpisah antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain, dengan tema yang satu dengan tema yang lain.
b.   Correlated curriculum. Bahan-bahan pelajaran dihubungkan antara satu dengan yang lain.
c.    Integrated curriculum. Bahan pelajaran disajikan dalam bentuk unit yang merupakan satu kesatuan.

2.   Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen SDM ini dimaksudkan untuk dapat mneingkatkan kualitas guru dan karyawan, sehingga bisa mendorong tercapainya tujuan pendidikan, serta untuk membantu dalam peningkatan efektivitas dan efisiensi proses pendidikan. Perencanaan diawali dengan analisis ketenagakerjaan lembaga pendidikan. Analisis yang sistematis meliputi dua hal, yaitu:
a)   Job description.
Analisis ini berkaitan dengan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh guru dan karyawan.
b)   Job analysis
Analisis ini berkaitan dengan kemampuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menjalankan tugas-tugas.

3.   Manajemen Kesiswaan
Manajemen kesiswaan merupakan sistem pengelolaan terhadap siswa, yang dimulai dari perencanaan, penerimaan siswa baru, pengorganisasian siswa, MOS, pembinaan dan pelayanan siswa, organisasi siswa, penilaian siswa, mutasi, hingga perencanaan alumni.

4.   Manajemen Sarana Dan Prasarana
Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang digunakan untuk mempermudah proses pembelajaran yang bersifat langsung. Sedangkan prasarana adalah semua fasilitas yang digunakan untuk mempermudah proses pembelajaran namun bersifat tidak langsung.  Manajemen sarana dan prasarana pendidikan ini meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan, dan pemeliharaan, serta penggunaan dan penghapusan.

5.   Manajemen Keuangan
Dalam manajemen keuangan pendidikan, ditentukan dan dicanangkan jumlah modal yang dibutuhkan dalam upaya operasional pendidikan, asal dana diperoleh, cara penggunaannya, pemasukan dan penegluaran, serta saldo yang didapat. Semua hal tersebut ditulis dalam rancangan anggaran pendapatan dan belanja sekolah.

6.   Manajemen Sistem Informasi
Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi yang menuntut adanya persaingan antarlembaga pendidikan, suatu lembaga pendidikan membutuhkan sistem informasi.

7.   Manajemen Hubungan Masyarakat
Secara umum, humas pendidikan terdiri dari dua macam, yaitu humas internal yang meliputi kegiatan untuk mengatur hubungan antara kepala sekolah dan para guru, kepala sekolah dengan murid, kepala sekolah dengan karyawan, guru dengan murid, dan murid dengan murid. Dan humas eksternal yang meliputi kegiatan mengatur hubungan sekolah dengan wali murid, dengan BP3, dengan lembaga-lembaga pemerintah dan swasta, serta upaya untuk meningkatkan minat masyarakat.

8.   Manajemen Pengembangan Lembaga
Manajemen pengembangan lembaga adalah upaya untuk mengelola dan mengatur metode perkembangan lenbaga agar bisa terus exis dan survive ditengah persaingan global.

B.KONSEP-KONSEP MANAJEMEN PENDIDIKAN

A.       Total Quality Management (TQM) in Education
TQM in education atau yang lebih dikenal dengan manajemen mutu terpadu adalah konsep manajemen pendidikan yang diadopsi dari manajemen industri, yang kemudian dipandang penting untuk dunia pendidikan. Dalam TQM, kualitas mutlak diutamakan dan harus ada perbaikan yang berkesinambungan serta terus menerus demi mengoptimalkan kualitas. Pada prinsipnya TQM mengutamakan kepuasan pelanggan, yang dalam pelaksanaannya selalu ada penyempurnaan dan perbaikan secara terus menerus. Implementasi TQM dimaksudkan agar tercapai keunggulan proses pembelajaran yang mengutamakan hasil sekaligus memberi peluang tinggi bagi guru dan siswa untukn aktif dan inovatif, dengan pemanfaaatan sarana dan prasarana yang memadai. Jika bisa diimplementasikan dengan baik, terdapat banyak kelebihan yang dimiliki TQM, antara lain kualitas tetap selalu diutamakan, perbaikan akan selalu dilakukan, tidak ada status quo, seluruh staf dapat bekerja sama, dan masih banyak lagi. Namun juga dalam TQM terdapat beberapa keurangan, antara lain adalah ketidakpastian dan ketidakjelasan tentang identifikasi dan spesifikasi pelanggan, ketidakjelasan tentang metode mendefinisikan kebutuhan pelanggan, ketidakpedulian terhadap perbedaan-perbedaan pelanggan, dan lain-lain.

B.     Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
MBS adalah suatu konsep manajemen pendidikan yang memberikan otoritas kepada sekolah agar sekolah bisa memberdayakan diri dengan disertai partisipasi masyarakat dalam prosesnya. Sekolah mempunyai otoritas penuh untuk mendayagunakan segala yang dimiliki demi mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sekaligus meningkatkan mutu pendidikan, relevansi pendidikan, serta meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya pendidikan. Dalam proses pembelajaran, konsep MBS ini menekankan pada pembelajaran aktif (active learning), pembelajaran efektif (effective learning), serta pembelajaran yang menyenangkan (joyfull leraning). Tujuan utama MBS adalah meningkatkan mutu, efisiensi, relevansi, dan pemerataan pendidikan. Dalam pengimplementasian nya MBS memliki beberapa kelebihan yaitu, otoritas penuh yang dipegang oleh sekolah, melibatkan orang tua peserta didik, transparansi manajemen, terjalin hubungan kemitraan antara dunia pendidikan dan dunia bisnis, dan masih banyak lagi. Namun MBS juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain mutu yang menjadi sasaran peningkatan belum jelas, otonomi yang diberikan kepada sekolah kadang membebani para orang tua peserta didik, rawan korupsi, dan sebagainya.

C.    Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)
Konsep MPMBS adalah sebuah konsep manajemen pendidikan yang otoritas pengelolaannya diserahkan sepenuhnya kepada sekolah dengan penekanan utama nya pada perbaikan mutu pendidikan, serta pengupayaan segala perbaikan didalam prosesnya. Dalam implementasinya, MPMBS benar-benar fokus pada kualitas, mengoptimalkan segala sumber daya sekolah, menekankan manajemen terbuka, strategi yang digunakan dalam konsep MPMBS ini adalah metode PAKEM, kepemimpinan dalam konteks MPMBS haruslah bersifat transformasional, dan melibatkan orang tua dan masyarakat lebih aktif lagi. Masyarakat dan orang tua peserta didik tidak hanya berperan dalam pembiayaan pendidikan, tapi juga dituntut untuk berpartisipasi dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dan memantau proses pembelajaran anak mereka.

D.    Manajemen Pendidikan Berbasis Kemitraan (MPBK)
MPBK merupakan pendekatan pengembangan manajemen pendidikan yang muncul berdasarkan suatu keinginan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, serta relevansi pendidikan, yakni keselarasan antara output pendidikan dengan segala hal yang dibutuhkan. Konsep MPBK ini memiliki perpaduan antara ilmu dengan profesi, teori dengan praktik, harapan dengan kenyataan, serta retorika dengan realitas. Ada beberapa kelebihan yang dapat diandalkan oleh konsep MPBK, antara lain adalah paradigma yang digunakan berdasarkan TQM, mengembangkan networking dan partnership dengan berbagai instansi, senantiasa menciptakan komunikasi internal yang baik, menggunakan prinsip good governance sebagai landasannya, dan lain-lain. Namun konsep ini pun memiliki kekurangan, diantaranya adalah dalam menentukan instansi yang akan dipilih menjadi mitra seringkali tidak didasarkan pada keunggulan kompetitif, dalam proses penentuan program studi customer diabaikan, MBPK hany diperuntukan bagi lembaga profesional kedinasan.

E.     Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2008
Penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008, berlandaskan pada 8 prinsip manajemen, yaitu customer focus, leadership, keterlibatan semua orang, pendekatan proses, pendekatan sistem ke manajemen, perbaikan berkelanjutan, fakta sebagai dasar pengambilan keputusan, kerjasama yang saling menguntungkan dengan pemasok. sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 sangat menuntut kepemimpinan yang baik, kepemimpinan yang transformasional, transpanransi manajemen, dan keterlibatan semua anggota dan personil organisasi pendidikan dalam pengimplementasiannya.

C.MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

a.      Urgensi Manajemen Pendidikan Islam
Manajemen pendidikan Islam pada dasarnya adalah metode pengelolaan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien sesuai dengan yang telah ditetapkan. Manajemen pendidikan Islam memiliki manfaat terhadap perkembangan pendidikan, diantara nya:
1.      Memudahkan pekerjaan adminstratif dalam pendidikan.
2.      Menciptakan iklim rohaniah, psikologis, dan sosial dengan dilaksanakannya akidah dan akhlak islam.
3.      Meningkatkan moral dan semangat angota-anggota lembaga pendidikan.
4.      Menumbuhkan produktivitas pekerjaan.
5.      Menghubungkan antara proses pendidikan dengan tujuan pembangunan dalam masyarakat sekaligus mempererat hubungan lembaga pendidikan dengan lingkungannya.

Manajemen pendidikan Islam juga memiliki beberapa prinsip, yaitu:
a)      Ikhlas
b)      Tanggung jawab
c)      Kejujuran
d)     Dinamis
e)      Amanah
f)       Praktis
g)      Adil, dan
h)      Fleksibel
Pentingnya manajemen pendidikan Islam bisa dilihat juga dari keberadaan pendidikan Islam sendiri. Agar tetap eksis, survive, dan terus berkembangan, pendidikan Islam membutuhkan suatu pengelolaan yang baik, terencana, dan teratur, sehingga mampu menumbuh-kembangan eksistensi pendidikan islam ditengah-tengah persaingan global.

b.   Implementasi Manajemen Pendidikan Islam
Di Indonesia, pendidikan Islam merupakan subsistem dari pendidikan nasional, sehingga pada dasarnya keberhasilan pendidikan Islam akan membantu keberhasilan pendidikan nasional begitu juga sebaliknya. Terkait dengan implementasi manajemen pendidikan Islam di Indonesia, terdapat tiga pola yang telah berlangsung yang didasarkan dengan perkembangan terkini.
1)         Pola tunggal. Dalam pola ini hanya berlaku satu jenis sistem, yaitu sentralistis.
2)         Pola ganda. Dalam pola ini berlaku dua jenis sistem, yaitu sentralistis dan desentralistis.
3)         Pola simbolik. Pola ini merupakan perluasan dari pola ganda yang memberi pengakuan hak hidup berbagai sistem. Pola simbolik inilah yang seharusnya diterapkan dalam manajemen pendidikan Islam.

c.    Manajemen Pendidikan Islam dan Manajemen Pendidikan Nasional
Sebagai subsistem dari pendidikan nasional, keberhasilan pendidikan Islam bisa membantu keberhasilan pendidikan nasional, demikian juga sebaliknya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pada kenyataannya, Indonesia dengan pendidikan yang sentralistik melahirkan suatu dualisme sistem pendidikan yang tergambar dari Depag dan Diknas yang menangani pendidikan. Manajemen pendidikan islam dan manajemen pendidikan nasional sejatinya saling menopang dan saling melengkapi, meskipun terdapat beberapa perbedaan diantara keduanya. Manajemen pendidikan Islam bisa mengadaptasi konsep-konsep bermutu yang dimiliki oleh manajemen pendidikan nasional untuk diaplikasikan. Begitu juga sebaliknya. Pada tatanan koridor manajemennya, antara manajemen pendidikan Islam dan manajemen pendidikan nasional tidaklah jauh berbeda. Hal ini terbukti dari aplikasi keduanya yang cenderung sama. Manajemen pendidikan Islam berlandaskan kepada Al-Quran dan hadist, sedangkan manajemen pendidikan nasional berlandaskan pada teori-teori dari manajemen yang ada dan terus memantau perkembangannya.

d.   Meningkatkan Mutu Lembaga dengan Manajemen Pendidikan Islam
Salah satu hal penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan adalah lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan merupakan pelaksana pendidikan terdepan sekaligus menjadi salah satu tolak ukur terhadap keberhasilan pendidikan sebuah bangsa, selain output pendidikan, dan hal-hal lainnya. Meningkatkan mutu lembaga pendidikan demi tercapainya tujuan dan keberhasilan pendidikan nasional memang bukanlah hal yang mudah. Berbagai partisipasi dari seluruh elemen terkaitpun sangat diperlukan, dalam hal ini ialah pemerintah, warga sekolah, orang tua siswa, tokoh agama, dan seluruh tokoh masyarakat harus berperan aktif dalam meningkatkan mutu lembaga pendidikan melalui kerjasama yang solid.

e.    Konsep Ideal Manajemen Pendidikan Islam
Meskipun manajemen pendidikan Islam dan konsepnya masih mengikuti konsep manajemen pendidikan nasional, namun bukan berarti manajemen pendidikan Islam tidak memiliki acuan yang menjadi bahan baku untuk diolah, dikelola, dan dikembangkan sendiri oleh seluruh umat manusia. Meskipun dalam konsep manajemen pendidikan antara nasional dan Islam sama, bersinergi, dan terintegralisasi, namun dalam hal-hal penentuan visi misi, budaya organisasi, atau kebijakan-kebijakan strategis, lembaga pendidikan Islam memakai nilai-nilai normatif dari Islam.
f.       Metamorfosis Manajemen Pendidikan Islam
Meskipun saat ini konsep manajemen pendidikan Islam masih mengikuti konsep manajemen pendidikan nasional, setidaknya masih cukup ideal untuk saat sekarang, namun bukan berarti ideal untuk kelak dan selamanya. Konsep tersebut harus terus berkembang dan berubah agar lebih baik lagi. Adanya metamorfosis manajemen pendidikan Islam bisa dibaca dari hierarki manajemen pendidikan Islam, yang secara umum berlaku sebagai berikut:
a)      Manajemen sentralisasi.
b)      Manajemen desentralisasi.
c)      Manajemen fungsional.


Jumat, 13 Desember 2013

BAB 14

SUPERVISI



Pengertian supervisi Menurut Beberapa hal : 

Arti Supervisi menurut asal usul (etimologi), bentuk perkataannya (morfologi), maupun isi yang terkandung dalam perkataan itu ( semantik).
  • Secara morfologis, Supervisi berasal dari dua kata bahasa Inggris, yaitu super dan vision. Super berarti diatas dan vision berarti melihat, masih serumpun dengan inspeksi, pemeriksaan dan pengawasan, dan penilikan, dalam arti kegiatan yang dilakukan oleh atasan – orang yang berposisi diatas, pimpinan – terhadap hal-hal yang ada dibawahnya. Supervisi juga merupakan kegiatan pengawasan tetapi sifatnya lebih human, manusiawi. Kegiatan supervise bukan mencari-cari kesalahan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinnaan, agar kondisi pekerjaan yang sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya (bukan semata - mata kesalahannya) untuk dapat diberitahu bagian yang perlu diperbaiki
  • Secara sematik, Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar dan belajar pada khususnya.
  • Secara Etimologi, supervisi diambil dalam perkataan bahasa Inggris “ Supervision” artinya pengawasan di bidang pendidikan.
Orang yang melakukan supervisi disebut supervisor.



2.    Pengertian Supervisi Menurut Pendapat Para Ahli :

A. GoodCarter, Memberi pengertian supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas lainnya, dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran, dan motode mengajar dan evaluasi pengajaran.  God Carter melihatnya sebagai usaha memimpin guru-guru dalam jabatan mengajar,
b.    Boardman.
menyebutkan Supervisi adalah salah satu usaha menstimulir, mengkoordinir dan membimbing secarr kontinyu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran dengan demikian mereka dapat menstmulir dan membimbing pertumbuan tiap-tiap murid secara kontinyu, serta mampu dan lebih cakap berpartsipasi dlm masyarakat demokrasi modern. Boardman. Melihat supervisi sebagai lebih sanggup berpartisipasi dlm masyarakat modern.
c.   WilemMantja (2007), Mengatakan bahwa, supervisi diartikan sebagai kegiatan  supervisor (jabatan resmi) yang dilakukan untuk perbaikan proses belajar mengajar (PBM). Ada dua tujuan (tujuan ganda) yang harus diwujudkan oleh supervisi, yaitu; perbaikan (guru murid) dan peningkatan mutu pendidikan. Willem Mantja memandang supervisi sebagai kegiatan untuk perbaikan (guru murid) dan peningkatan mutu pendidikan



Kegiatan supervisi dahulu banyak dilakukan adalah Inspeksi, pemeriksaan, pengawasan atau penilikan. Supervisi masih serumpun dengan inspeksi, pemeriksaan dan pengawasan, dan penilikan, dalam arti kegiatan yang dilakukan oleh atasan –orang yang berposisi diatas, pimpinan-- terhadap hal-hal yang ada dibawahnya.  Inspeksi : inspectie (belanda) yang artinya memeriksa  dalam arti melihat untuk mencari kesalahan. Orang yang menginsipeksi disebut inspektur. Inspektur dalam hal ini mengadakan :
  1. Controlling : memeriksa apakah semuanya dijalankan sebagaimana mestinya
  2. Correcting : memeriksa apakah semuanya sesuai dengan apa yang telah ditetapkan/digariskan
  3. Judging : mengandili dalam arti memberikan penilaian atau keputusan sepihak
  4. Directing : pengarahan, menentukan ketetapan/garis
  5. Demonstration : memperlihatkan bagaimana mengajar yang baik

Pemeriksaan artinya melihat apa yg terjadi dlm kegiatan sedangkan Pengawasan adalah Melihat apa yg positif & negatif. Adapun Supervisi juga merupakan kegiatan pengawasan tetapi sifatnya lebih human, manusiawi. Kegiatan supervisi bukan mencari - cari kesalahan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinnaan, agar kondisi pekerjaan yang sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya (bukan semata-mata kesalahannya) untuk dapat diberitahu bagian yang perlu diperbaiki. Supervisi dilakukan untuk melihat bagian mana dari kegiatan sekolah yg masih negatif untuk diupayakan menjadi positif, & melihat mana yang sudah positif untuk ditingkatkan menjadi lebih positif lagi dan yang terpenting adalah pembinaannya 



B.    Tujuan dan sasaran Supervisi
a.    Tujuan Supervisi

Tujuan utama supervisi adalah memperbaiki pengajaran (Neagly & Evans, 1980; Oliva, 1984; Hoy & Forsyth, 1986; Wiles dan Bondi, 1986; Glickman, 1990). Tujuan umum Supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru dan staf agar personil  tersebut mampu meningkatkan kwalitas kinerjanya, dalam melaksanakan tugas dan melaksanakan proses belajar mengajar .

 Secara operasional dapat dikemukakan beberapa tujuan konkrit dari supervisi pendidikan yaitu :
1.    Meningkatkan mutu kinerja guru
  • Membantu guru dalam memahami tujuan pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuan tersebut
  • Membantu guru dalam melihat secara lebih jelas dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya.
  • Membentuk moral kelompok yang kuat dan mempersatukan guru dalam satu tim yang efektif, bekerjasama secara akrab dan bersahabat serta saling menghargai satu dengan lainnya.
  • Meningkatkan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan prestasi belajar siswa.
  • Meningkatkan kualitas pengajaran guru baik itu dari segi strategi, keahlian dan alat pengajaran.
  • Menyediakan sebuah sistim yang berupa penggunaan teknologi yang dapat membantu guru dalam pengajaran.
  • Sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan bagi kepala sekolah untuk reposisi guru.

2.    Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan terlaksana dengan baik
3.    Meningkatkan keefektifan dan keefesiensian sarana dan prasarana yang ada untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu mengoptimalkan keberhasilan siswa
4.    Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah khususnya dalam mendukung terciptanya suasana kerja yang optimal yang selanjutnya siswa dapat mencapai prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan.
5.    Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sehingga tercipta situasi yang tenang dan tentram serta kondusif yang akan meningkatkan kualitas pembelajaran yang menunjukkan keberhasilan lulusan. 


b.    Sasaran Supervisi

Adapun sasaran utama dari pelaksanaan kegiatan supervisi tersebut adalah  peningkatan kemampuan profesional guru (Depdiknas, 1986; 1994 & 1995).
Sasaran Supervisi Ditinjau dari objek yang disupervisi, ada 3 macam bentuk supervisi : 
  1. Supervisi Akademik, Menitikberatkan pengamatan supervisor pada masalah-masalah akademik, yaitu hal-hal yang berlangsung berada dalam lingkungan kegiatan pembelajaran pada waktu siswa sedang dalam proses mempelajari sesuatu
  2. Supervisi Administrasi, Menitikberatkan pengamatan supervisor pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung dan pelancar terlaksananya pembelajaran.
  3. Supervisi Lembaga, Menyebarkan objek pengamatan supervisor pada aspek-aspek yang berada di sekolah. Supervisi ini dimaksudskan untuk meningkatkan nama baik sekolah atau kinerja sekolah secara keseluruhan. Misalnya: Ruang UKS (Unit Kesehatan Sekolah), Perpustakaan dan lain-lain.


C.    Prinsip-prinsip Supervisi

Secara sederhana prinsip-prinsip Supervisi adalah sebagai berikut :
  • Supervisi hendaknya memberikan rasa aman kepada pihak yang disupervisi.
  • Supervisi hendaknya bersifat Kontrukstif dan Kreatif 
  • Supervisi hendaknya realistis didasarkan pada keadaan dan kenyataan sebenarnya.
  • Kegiatan supervisi hendaknya terlaksana dengan sederhana.
  • Dalam pelaksanaan supervisi hendaknya terjalin hubungan profesional, bukan didasarkan atas hubungan pribadi.
  • Supervisi hendaknya didasarkan pada kemampuan, kesanggupan, kondisi dan sikap pihak yang disupervisi.
  • Supervisi harus menolong guru agar senantiasa tumbuh sendiri tidak tergantung pada kepala sekolah

Pendapat lain mengenai Prinsip-prinsip Supervisi adalah :
  1. Supervisi bersifat memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada guru dan staf sekolah lain untuk mengatasi masalah dan mengatasi kesulitan dan bukan mencari-cari kesalahan.
  2. Pemberian bantuan dan bimbingan dilakukan secara langsung, artinya bahwa pihak yang mendapat bantuan dan bimbingan tersebut tanpa dipaksa atau dibukakan hatinya dapat merasa sendiri serta sepadan dengan kemampuan untuk dapat mengatasi sendiri.
  3. Apabila supervisor merencanakan akan memberikan saran atau umpan balik, sebaiknya disampaikan sesegera mungkin agar tidak lupa. Sebaiknya supervisor memberikan kesempatan kepada pihak yang disupervisi untuk mengajukan pertanyaan atau tanggapan.
  4. Kegiatan supervisi sebaiknya dilakukan secara berkala misalnya 3 bulan sekali, bukan menurut minat dan kesempatan yang dimiliki oleh supervisor.
  5. Suasana yang terjadi selama supervisi berlangsung hendaknya mencerminkan adanya hubungan yang baik antara supervisor dan yang disupervisi tercipta suasana kemitraan yang akrab. Hal ini bertujuan agar pihak yang disupervisi tidak akan segan-segan mengemukakan pendapat tentang kesulitan yang dihadapi atau kekurangan yang dimiliki.
  6. Untuk menjaga agar apa yang dilakukan dan yang ditemukan tidak hilang atau terlupakan, sebaiknya supervisor membuat catatan singkat, berisi hal – hal penting yang diperlukan untuk membuat laporan.
      
Sedangkan menurut Tahalele dan Indrafachrudi (1975)    prinsip-prinsip supervisi sebagai berikut : 
  • Supervisi harus dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif,
  • Supervisi harus kreatif dan konstruktif,
  • Supervisi harus ”scientific” dan efektif,  
  • Supervisi harus dapat memberi perasaan aman pada guru-guru, 
  • Supervisi harus berdasarkan kenyataan, 
  • Supervisi harus memberi kesempatan kepada supervisor dan guru-guru untuk mengadakan “self evaluation”

Karena prinsip-prinsip supervisi di atas merupakan kaidah-kaidah yang harus dipedomani atau dijadikan landasan di dalam melakukan supervisi, maka hal itu mendapat perhatian yang sungguh - sungguh dari para supervisor, baik dalam konteks hubungan supervisor - guru, maupun di dalam proses pelaksanaan supervisi.


D.    Fungsi Supervisi
  1. Fungsi Meningkatkan Mutu Pembelajaran Ruang lingkupnya sempit, hanya tertuju pada aspek akademik, khususnya yang terjadi di ruang kelas ketika guru sedang memberikan bantuan dan arahan kepada siswa.
  2. Fungsi Memicu Unsur yang Terkait dengan Pembelajaran Lebih dikenal dengan nama Supervisi Administrasi
  3. Fungsi Membina dan Memimpin

Teknik-Teknik Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Supervisi

Teknik supervisi Pendidikan adalah atat  yang digunakan oleh supervisor untuk mencapai tujuan supervisi itu sendiri yang pada akhir dapat melakukan perbaikan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi.  Dalam pelaksanaan supervisi pendidikan, sebagai supervisor harus mengetahui dan memahami serta melaksanakan teknik – teknik dalam supervisi. Berbagai macam teknik dapat digunakan oleh supervisor dalam membantu guru meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara kelompok maupun secara perorangan ataupun dengan cara langsung bertatap muka dan cara tak langsung bertatap muka atau melalui media komunikasi (Sagala 2010 : 210). Adapun teknik – teknik Supervisi adalah sebagai berikut  :
1.    Teknik Supervisi yang bersifat kelompok

  Teknik Supervisi yang bersifat kelompok ialah teknik  supervisi yang dilaksanakan dalam pembinaan guru secara  bersama – sama oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam satu kelompok (Sahertian 2008 : 86). 

2.    Teknik Individual dalam Supervisi 
  Teknik Individual Menurut Sahertian yang dikutip oleh Sagala (2010 : 216) adalah teknik pelaksanaan supervisi yang digunakan supervisor kepada pribadi – pribadi guru guna peningkatan kualitas pengajaran disekolah.


daftar pustaka:
http://www.sarjanaku.com/2011/05/supervisi-pendidikan.html